Paradase.id – Belakangan ini isu kesehatan mental ramai diperbincangkan di media sosial. Tak sedikit warganet yang mengklaim, dirinya mengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder). Indikasi yang mereka sampaikan ialah karena susah fokus saat beraktivitas sehari-hari. Padahal, untuk mengidentifikasi hal tersebut memerlukan diagnosis dari para ahli.
Dalam suatu unggahan video di media sosial, seseorang membagikan sudut pandangnya dalam video tersebut mengenai gambaran ketika dia menderita ADHD, yang mengakibatkan kegiatannya serba implusif. Misalnya, tidak dapat menahan keinginan untuk menyentuh benda benda di sektiranya saat atau menendang batu saat dia sedang berjalan.
Sebelumnya juga sempat ramai warganet mengklaim diri mereka mengidap penyakit OCD (Obsessive Complusive Disorder). Klaim warganet didasarkan pada argument karena mereka rajin bersih-bersih. Padahal, untuk klaim penyakit OCD diagnosanya tak sesimple itu. Hal ini karena maraknya diagnosa mandiri terkait kondisi mental telah menggema di dunia maya. Sehingga penyakit mental saat ini seperti menjadi suatu tren tersendiri.
Psikolog klinis Liza M Djaprie menegaskan, ADHD harus didiagnosis oleh profesional. Artinya tak seharusnya seseorang menebak-nebak gangguan mental yang mungkin diidapnya hanya dengan melihat ciri-ciri suatu gangguan melalui internet. Menurutnya, kebiasaan diagnosis dari internet ini bermula dari pandemi Covid-19.
Liza mengatakan pada siaran detikPagi (9/6/2023), ketika pandemi orang-orang memiliki waktu browsing lebih banyak, sehingga yang awal mulanya tidak terfikirkan tentang kesehatan mental tiba tiba muncul pertanyaan ‘kenapa aku merasa seperti ini?’.
“Semua itu gampang banget didapat, tapi kemudian sayangnya langsung mendiagnosa diri sendiri dan yakin banget itu dia. Mulailah kemudian yang lebih parah lagi mencari obat-obatan sendiri, dan ini berbahaya sebenarnya,” Ujar Liza. (Sumber: detik Health/Vidya Pinandhita)
Editor: Bintang