PARADASE.id – Komisi III DPRD Bontang menggelar kunjungan kerja ke PT Kaltim Prima Coal (KPC) di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Senin (6/6/2020) lalu.
Kunjungan itu dilakukan untuk melakukan mempelajari sistem pengolahan air baku yang ditampung di lubang bekas pertambangan. Hasil pengolahan dimaksudkan untuk penggunaan dan konsumsi masyarakat.
Lawatan DPRD Bontang awal pekan itu disambut manajemen KPC serta PDAM Tirta Tuah Benua Kutim.
Ketua Komisi III DPRD Bontang Amir Tosina menyampaikan, hasil pertemuan dengan perusahaan menyebutkan potensi pengelolaan air baku eks lubang tambang dapat digunakan. PT KPC merupakan perusahaan pertambangan batu bara terbesar di Asia.
“Setelah kita saling tanya jawab, PDAM Kutim memberikan penjelasan ternyata air dari eks tambang di sana layak konsumsi dan tidak membahayakan. Sekitar 30 persen masyarakat Kutim telah mengkonsumsi air tersebut. Jadi air permukaan ini bisa dikonsumsi dengan baik,” sebutnya, Selasa (7/7/2020).
Ia menilai tindakan uji coba pada sisa lubang tambang menjadi jawaban akan kelayakan konsumsi, seperti pada permukaan eks lubang tambang PT Indominco Mandidi (IMM).
“Yang jelas kita usaha dulu untuk direalisasikan dan kita buktikan dulu kelayakan konsumsinya. Jika harus berpikir untuk 10 tahun lagi baru memikirkan hal ini tentunya akan terlambat karena Bontang pasti akan mengalami masa kritis air bersih nantinya,” jelasnya.
Amir mengatakan, Komisi III juga mendapatkan informasi erkait dampak atau efek samping dari mengkonsumsi air bekas lubang tambang.
“Hingga saat ini belum pernah ada yang mengalami seperti alergi dan lainnya. Tidak ada resikonya sama sekali. Jika memang nantinya hasil lab air permukaan eks tambang tersebut membahayakan tentunya tidak akan kita lanjutkan program ini. Karena perbandingannya tidak hanya di provinsi namun hingga ke pemerintah pusat,” jelasnya.
Untuk menambah referensi, Komisi III berencana mengunjungi dua daerah lainnya yakni Kabupaten Kutai Kartanegara dan Banjarmasin di Kalsel.
“Minggu depan kita akan kembali lakukan kunjungan ke Kutai Kartanegara dan Banjar masih untuk benar-benar mengetahui kelayakan air permukaan dari eks lubang tambang,” kata Amir. (Adv)