PARADASE.id – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Bontang tidak mempermasalahkan adanya sekolah pesisir yang memberlakukan pembelajaran secara tatap muka. Pemerintah mempertimbangkan, jumlah siswa di kawasan tersebut tidak sebanyak sekolah yang berada di pusat kota.
Kepala Bidang (Kabid) Pendidikan Dasar (Dikdas) Disdikbud Bontang Saparuddin mengatakan, rata-rata per kelas pada sekolah pesisir diisi empat sampai lima orang siswa. Selain itu, guru pengajar merupakan warga dari wilayah pesisir tempat sekolah berada dan bukan dari luar kawasan.
“Yang penting bukan orang luar masuk ke wilayah tersebut. Misalnya, guru sekolah di SD Malahing masih warga Malahing dan bermukim di sana juga. Karena pandemi Covid-19 inikan istilahnya bawaan sehingga menularkan ke orang yang ada di sekitar,” ujar Saparudin, Selasa (22/9/2020) pagi.
Ia menjabarkan, terdapat tujuh sekolah di kawasan pesisir Bontang. Empat di antaranya merupakan sekolah negeri maupun dikelola pemerintah. Dengan kisaran siswa pesisir sebanyak 20 orang per sekolah, dan dibagi enam jenjang kelas (kelas 1-6) maka tidak lebih lima siswa dalam satu kelas.
“Sekolah negeri yang ada di pesisir yakni Tihi- Tihi, Selangan, Lok Tunggul dan Gusung sedangkan untuk sekolah swasta ialah Teluk Kadere dan Malahing. Dari tujuh sekolah tersebut hanya Tihi-Tihi yang memiliki murid paling banyak banyak sekira 50 orang,” tuturnya.
Selain itu, pihaknya juga memberikan ruang kepada para guru untuk menentukan dan mengatur sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Banyak metode ajar selain melalui smartphone yang bisa diambil para tenaga ajar.
“Sekolah lebih memahami bagaimana caranya untuk melakukan PJJ di tengah pandemi seperti ini,” ucapnya.
Ia menjelaskan, yang terpenting sekolah tersebut tetap menerapkan serta mematuhi protokol kesehatan yang sudah diatur oleh pemerintah. “Kami dukung selama menerapkan protokol kesehatan dan tidak menyalahi aturan yang ada,” jelasnya. (*)