Paradase.id – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengungkap data terbaru terkait kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Indonesia. Per 2 Oktober 2023 sudah 276 ribu hektare lahar terbakar.
Siti Nurbaya mengungkapkan pihaknya telah melakukan penegakan hukum terkait karhutla ini baik dari kepolisian dan KLHK. KLHK sendiri kata Siti, telah memberikan peringatan ke 144 perusahaan dan 23 perusahaan disegel.
Hal ini diungkapkan usai Rapat Terbatas terkait Mitigasi Dampak Fenomena El Nino, di Istana Kepresidenan, Selasa (3/10).
“Langkah lain dilaporkan pak Kapolri penegakan hukum sudah ada penetapan tersangka. Dari data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sendiri, ada 144 perusahaan yang mendapatkan peringatan dan sudah ada 23 perusahaan yang disegel,” terang Siti.
Menurut Siti, perusahaan itu terindikasi terdahap kejadian pembakaran hutan di sejumlah daerah. Seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, hingga Sumatra Selatan. Bahkan ada pula perusahaan asing yang terlibat.
“Pada areal terbakarnya antara lain di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sumatra Selatan, dengan PMA (Penanaman Modal Asing) yang berasak dari Singapura, Malaysia juga ada,” kata Siti.
Siti mengungkap jumlah titik panas (hotspot) yang berpotensi menjadi titik api (firespot). Dia menyebut sejauh ini ada 6.659 titik panas yang 80% berpeluang menjadi titik api. Angka ini bertambah jika dibandingkan dengan tahun lalu yang berjumlah 1.128 titik.
Namun jika dibandingkan dengan tahun 2019 lalu, jumlah titik panas yang menjadi titik api jauh berkurang. Di mana dari 29.300 titik menjadi 6.659 titik. Sedangkan pada tahun 2015 titik panas yang berpeluang menjadi titik api berjumlah 71.000 titik.
“Saya ingin bersama BNPB dan BRIN melaporkan situasi kebakaran hutan dan lahan untuk hotspot data per 2 Oktober dengan peluang 80% hotspot menjadi firespot itu angkanya di 6.659 titik,” ungkap Siti.
Siti megungkapkan jumlah lahan yang terbakar sejauh ini yakni 276 hektare. Siti menyebut kemungkinan akan terus bertambah.
“Areal terbakar sudah terekam 276 ribu hektare, dan perkiraan saya dengan dituasi bulan September dan Oktober kemarin masih bertambah,” pungkasnya.
Siti menyampaikan bahwa pihaknya sejak tanggal 28 September lalu telah memonitoring area Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Riau, dan Jambi sesuai arahan dari presiden. Area Kalimantan Tengah termasuk daerah yang masih rawan kebakaran, sedangkan Sumatra Selatan sudah mulai berkurang namun langkah pemadaman harus tetap dilakukan, dan juga penerapan TMC.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan dukungan pelaksanaan operasi darat maupun udara dalam mengatasi karhutla.
35 helikopter tealh dikerahkan melalui operasi udara yang terdiri dari 13 helikopter patroli dan 22 helikopter water bombing, utamanya di daerah-daerah yang menjadi prioritas penanganan karhutla.
“Jadi ada enam provinsi prioritas yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatra Selatan, Riau, dan Jambi. Itu menjadi enam provinsi prioritas kebakaran hutan dan lahan,” Ucap Suharyanto.
Langkah lain dilakukan BNPB dengan cara memodifikasi cuaca sebanyak 244 kali melalui penyebaran garam dengan jumlah mencapai 341.580 kilogram. Suharyanto mengatakan, selama dua bulan terakhir BNPB terus melaksanakan TMC di sejumlah provinsi yang menjadi prioritas. (Sumber: detikNews/Eva Safitri)
Editor: Farhan