Paradase.id – Hetifah Sjaifudian, anggota DPR RI Daerah Pemilihan Kalimantan Timur, kembali memberikan penguatan kapasitas kepada para Kepala Sekolah dan guru di Kota Bontang dalam Diskusi Pendidikan dengan tema “Peran Guru Penggerak dalam Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila” di Hotel Bintang Sintuk Bontang pada tanggal 5 Agustus.
Acara tersebut dihadiri oleh Hetifah Sjaifudian (Wakil Ketua Komisi X DPR RI), Najirah (Wakil Walikota Bontang), Wiwik Setyawati (Kepala Balai Guru Penggerak Provinsi Kalimantan Timur), dan Bambang Cipto Mulyono (Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bontang), serta diikuti oleh tak kurang dari 200 orang kepala sekolah dan guru-guru PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK.
Dalam kesempatan tersebut, Wiwik Setiawati menyampaikan bahwa program guru penggerak, yang merupakan bagian dari Merdeka Belajar Episode ke-5, merupakan salah satu program percepatan/akselerasi transformasi pendidikan dengan tujuan menciptakan para pendorong dan pendobrak agen perubahan di masing-masing jenjang pendidikan. Program ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan semakin banyaknya guru penggerak yang menjadi aset daerah.
“Guru Penggerak bertujuan untuk selaras dengan terwujudnya profil pelajar Pancasila yang memiliki 6 dimensi, yaitu beriman, bertaqwa kepada Tuhan, berakhlaq mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebhinekaan global, bergotong royong, dan kreatif,” jelas Wiwik Setyawati.
Najirah menyampaikan apresiasi dan menyambut baik diskusi pendidikan ini, khususnya terkait Peran Guru Penggerak. Diharapkan bahwa terobosan dari Guru Penggerak akan menciptakan guru-guru yang mampu menjadi penggerak dalam percepatan transformasi pendidikan. Program Guru Penggerak ingin menghidupkan kembali ekosistem pendidikan Indonesia yang merdeka belajar.
“Guru penggerak adalah ujung tombak untuk terwujudnya profil pelajar Pancasila,” tegas Najirah.
Selanjutnya, Hetifah menyampaikan bahwa capaian PISA Indonesia masih berada di level 10 terbawah dari 79 negara. Skor PISA Indonesia juga lebih rendah dibandingkan dengan skor negara-negara ASEAN. Secara persentase, hanya sekitar 25% siswa Indonesia memiliki tingkat membaca minimum, 24% memiliki tingkat kemampuan matematika minimum, dan sekitar 34% siswa memiliki kompetensi sains minimum.
“Guru diharapkan memahami literasi secara utuh, memiliki ilmu pengetahuan, dan keterampilan yang dapat diimplementasikan untuk menciptakan barang/jasa yang relevan dengan kompetensi global,” jelas Hetifah.
Lebih lanjut, Hetifah, yang merupakan anggota DPR RI dari daerah pemilihan Kalimantan Timur, menyampaikan bahwa Guru Penggerak hadir untuk melihat kondisi saat ini dan diharapkan mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, menjadi pelatih/mentor bagi guru lain dalam pembelajaran yang berpusat pada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi bagi ekosistem pendidikan.
“Guru Penggerak diharapkan dapat mengembangkan dan memimpin upaya mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dan relevan dengan kebutuhan komunitas di sekitar sekolah,” tutup Legislator Golkar ini.
Editor: Faizah