BONTANG – Sejak dua bulan ini SPBU di Bontang melakukan pembatasan pembelian BBM jenis pertalite. Untuk jenis kendaraan sepeda motor hanya diperbolehkan mengisi maksimal Rp 50 ribu per hari. Sementara, untuk kendaraan mobil dibatasi Rp 300 ribu per hari.
Menyikapi pembatasan yang tidak berpihak kepada para pengecer bensin di Bontang, Ketua komisi III DPRD Bontang Amir Tosina dalam rapat bersama DPRD Bontang, Senin (22/8/2022). menyoroti soal aturan pembatasan.
Amir menilai kebijakan tersebut justru hanya memberatkan mereka yang mengantungkan mata pencaharianya sebagai penjual BBM eceran di Bontang.
Pasalnya, menurut politisi asal partai Gerindra ini, kalau pembatasan diberlakukan ini dirasakan tidak berpihak kepada para pengecer yang keuntungan didapatkannya makin menurun.
“Apa yang mau mereka (pengecer) jual kalau dibatasi Rp 50 ribu per hari, Sementara mereka masuk golongan pengisian BBM motor,” ujarnya.
Alasan lain yang dikemukakan oleh ketua Komisi III ini, keberadaan pengecer BBM tersebut sangat membantu masyarakat. Misalnya saat tengah malam kehabisan bahan bakar di jalan. Mengingat SPBU di Bontang tidak beroperasi 24 jam.
“Selama SPBU di Bontang belum ada yang buka 24 jam, saya dukung keberadaan pedagang eceran BBM. Karena banyak pengendara yang mengeluh SPBU tutup. Mereka menginginkan agar SPBU buka 24 jam,” Seru Amir.
Amir juga menambahkan kalaupun SPBU di Bontang sudah ada yang buka 24 jam, bisa diatur kembali.
“Kalau itu( SPBU buka 24 jam) bisa diberlakukan di Bontang, mungkin bisa saja para pengecer diubah cara penjualannya,” ujarnya.
Alasan lain yang dikemukakan, bahwa kebijakan pembatasan hanya disampaikan lewat pesan WhatsApp buka lewat surat edaran yang resmi. Sehingga Amir meminta pengecer meminta SPBU mengembangkan aturan semula.
“Tadi dijelaskan oleh pihak SPBU Lang-lang bahwa pembatasan hanya diinteruksikan lewat WA saja. Jadi saya rasa masih bisa dilakukan pembelian seperti sebelumnya. Atau bisa mencapai 15 liter sekali beli,” tegas Amir.
Ia pun mengarahkan para pengecer meminta pihak SPBU untuk kembali menerapkan sistem sebelumnya. ”
“Kasihan masyarakat agar dapat menyambung hidup dan menyekolahkan anaknya,” sambungnya.
Rusli dari Asosiasi Pengencer Bensin Bontang, saat menyampaikan aspirasinya akibat pembatasan pembelian BBM Pertalite yang dklaim Rusli dan teman-temannya telah menyebabkan omset mereka menurun.
“Kami Asosiasi Pengencer Bensin minta solusi dari DPRD dan Pemerintah Kota Bontang, karena menjual bensin enceran ini adalah mata pencarian pencarian kami,” ujarnya dihadapan anggota komisi III.
Hal senada diungkapkan salah satu anggota Asosiasi Pengencer Bensin, Titi meminta agar pembelian BBM bisa dilakukan lebih dari sekali.
“Sebelumnya kita memang sempat minta penambahan jumlah pembelian seperti sebelumnya, yakni 15 liter. Tapi jika tetap tidak bisa, kita minta dibolehkan pembelian lebih dari sekali dalam sehari,” pungkasnya.(*)