PARADASE.id – Sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (2019) yang diterapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) perlahan mengikis keberadaan sekolah yang dianggap favorit baik bagi siswa maupun wali murid.
Sejak diterapkan pada PPDB 2019, kebijakan ini mendapat dukungan Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Hetifah Sjaifudian. Anggota DPR dari Kaltim itu menyatakan sepakat pada prinsip menghilangkan label sekolah favorit yang selama ini menjadi salahsatu sebab jomplangnya upaya pemerataan pendidikan.
Menurut politikus Partai Golkar itu, pada dasarnya seluruh warga negara Indonesia berhak dan wajib menerima akses pendidikan yang setara. Ia menuturkan, pemerintah tak boleh memberikan perlakuan yang berbeda terhadap para siswa, baik dari sisi status sosial maupun kualitas masing-masing peserta didik.
”Bukan anak-anak yang pintar saja yang dapat hak untuk belajar di sekolah bagus,” ujarnya Hetifah Sjaifudian.
Berdasarkan hal tersebut maka Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bontang mencari alternatif untuk memberikan label khusus pada sekolah agar menjadi ciri khas dalam mengembangkan role model dalam mengelola pendidikan agar tidak semua pendidikan sama rasa sama rata, tetapi mempunyai ciri khas masing-masing.
Ia mengatakan, alternatif tersebut berupa program sekolah model berbasis budaya lokal terus digenjot Pemerintah Kota Bontang. Kementerian Pendidikan melalui Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan terus mendorong sekolah model yang bisa meningkatkan keunggulan masing-masing sekolah di Kota Bontang.
“Kami akan mendorong sekolah-sekolah di Bontang membuat suatu model sekolah dengan berwawasan budaya lokal seperti berawawasan agribisnis, lingkungan, sejarah, kemaritiman, multikultur, budaya lokal baik permainan maupun kebiasaan,” jelasnya.
Senada Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Kaltim, di Samarinda, pada rapat koordinasi mutu menyampaikan, dalam upaya mendorong program tersebut pihaknya akan melakukan pemetaan untuk melihat sekolah mana yang memiliki keunggulan dan kekurangan.
“Sekolah yang unggul ini kami dorong untuk mempunyai ciri khas. Sesuai konsep Mendikbud, tidak ada sekolah favorit. Semua sekolah itu sama. Untuk itu kami terus mendorong semua sekolah untuk meningkatkan keunggulannya,” katanya.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar Disdikbud Bontang Saparuddin menyampaikan, beberapa sekolah yang diproyeksi untuk menjalankan model berwawasan budaya lokal yaitu SDN 001 Bontang Utara yang menggunakan model berwawasan lingkungan, SMPN 3 Bontang berwawasan agribisnis, SMPN 1 berwawasan budaya lokal dan berwawasan sejarah.
“Saat ini Dinas Pendidikan mendoron sekolah untuk menjadi sekolah model dan khusus sebagai Langkah menghadap perkembangan dan arus global di era digital tetapi tidak meninggalkan kultur dan budaya serta sejarah. Pembentukan sekolah model ini harus disesuaikan dengan kondisi sekitarnya, misalkan di sekeliling sekolah itu masyarakatnya bertani, maka anak-anak di sekolah itu diupayakan mengikuti kondisi budayanya,” ujarnya.
Saparudin berharap sekolah model berwawasan budaya lokal ini bisa menggerakkan edu wisata di sekaligus bisa menjadi tempat bagi para guru dari daerah lain untuk melakukan studi banding. (Adv)